TPI menyatakan tidak ada maksud untuk mempromosikan hubungan sesama jenis dalam salah satu tayangan program acara Dangdut Mania. Menurut TPI, adanya adegan-adegan yang dapat dihubungkan dengan hal tersebut hanya sekedar lawakan atau guyonan yang tercipta secara spontan.
Hal itu diungkapkan oleh perwakilan TPI, Wijaya Kusuma, ketika memberikan klarifikasi program tayangan Dangdut Mania yang banyak dipermasalahkan oleh masyarakat kepada KPI Pusat, Senin (28/1).
Menurut Wijaya, sangat sulit mengontrol adegan-adegan ataupun pembicaraan yang berlangsung pada program yang disiarkan secara langsung. “Kalau ini program rekaman mungkin akan banyak yang diedit atau dipotong. Tapi, ini program live sehingga yang kami lakukan adalah memberikan semacam evaluasi pada setiap akhir acara,” jelasnya.
Evaluasi ini, menurut Wijaya, dilakukan dengan memberikan semacam pengarahan kepada para pemain agar mereka berhati-hati ketika on-air di TV.
Dalam kesempatan ini, Wijaya juga mengungkapkan, pihaknya sebenarnya telah berupaya untuk menampilkan humor-humor yang edukatif, termasuk mencoba menghindari masuknya pemeran laki-laki yang memainkan peran kewanita-wanitaan. Sayangnya, menurut Wijaya, humor-humor seperti ini masih kurang banyak diterima oleh pemirsa TPI. “Kita jadi bingung karena saat stasiun TV lain menayangkan hal-hal yang coba kita hindari itu malah ratingnya bagus,” tambahnya.
Sebelumnya, di awal acara, Wakil Ketua KPI Pusat, Fetty Fajriati menanyakan mengenai banyaknya adegan humor yang mengumbar celaaan baik antarpemain maupun saat berhadapan dengan kontestan. ”Ini termasuk saat ada salah satu peserta wanita dijadikan bahan olok-olokan karena tubuhnya gendut,” ujar Fetty.
Mengenai persoalan ini, anggota KPI Pusat lainnya, Amar Ahmad menyatakan, banyolan-banyolan yang ditampilkan mestinya jangan bertentangan dengan P3 dan SPS. Sebaiknya, tambah Amar, humor-humor yang disajikan itu dapat lebih mendidik para penontonnya.
Dalam kesempatan ini juga hadir Majelis Ulama Indonesia yang diwakili oleh Hidayati, Ya’qub, dan Asrori S. Karni. Dalam paparannya, Asrori menyampaikan bahwa saat ini masyarakat sebenarnya banyak yang resah dan jengkel saat melihat berbagai tayangan televisi. ”Bisa dibilang sudah sampai di ubun-ubun. Ini realita yang mungkin memang tidak tergambarkan dalam angka-angka rating,” tukas Asrori.
Wakil MUI lainnya, Ya’qub’ juga menyampaikan bahwa saat ini pihaknya sangat serius menyoroti tayangan televisi yang memuat unsur-unsur mistik, pornografi, ghibah, judi, sarkasme yang biasa muncul dalam adegan cela-mencela, homoseksualitas, serta kekerasan. Red